“Dalam hidup ada banyak pilihan, dan sekali kita memilih, kita harus bertanggung jawab dengan pilihan kita. Ada 3K yang menjadi pedoman dalam melaksanakan pilihan hidup kita: Komitmen, Konsisten, dan Konsekuen.”
Itulah kalimat yang cukup sering disampaikan Komjen Pol (Purn) Drs. Budi Waseso yang juga dikenal dengan panggilan Kak Budi Waseso. Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti 2018-2023 itu menjelaskan juga tentang 3K tersebut.
“Komitmen, kita harus berkomitmen dengan pilihan kita. Konsisten, kita harus konsisten dengan setiap yang kita lakukan, Konsekuen, kita juga harus konsekuen, mau bertanggung jawab dengan pilihan kita, jangan menyalahkan orang lain,” demikian ucapannya yang juga sempat diutarakan kembali sesaat setelah terpilih sebagai Ketua Kwarnas dalam Munas Gerakan Pramuka di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 28 September 2018.
Selain hal itu, Kak Budi Waseso yang dilahirkan di Pati, Jawa Tengah pada 19 Februari 1960 itu juga mengungkapkan agar Gerakan Pramuka dapat terus bermanfaat mengembangkan karakter generasi muda yang mempunyai jiwa nasionalisme tinggi, berpedoman pada Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dikatakannya juga, Bhinneka Tunggal Ika dan keberagaman yang ada di Indonesia adalah keindahan. Perbedaan bahasa, budaya, agama, dan lainnya adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa.
“Kita harus bersyukur dengan hal itu. Seperti taman bunga dengan bunga yang berwarna-warni namun disatukan dalam taman, akan terlihat lebih indah,” tuturnya, sambil menambahkan, “Perbedaan dan keberagaman jangan dijadikan sebab untuk perselisihan dan perpecahan, justru sebaliknya harus menjadi dasar untuk saling bersatu.”
Kak Budi Waseso yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Utama Badan Urusan Logistik (Bulog) memang sudah akrab dengan kepramukaan, jauh sebelum menjadi Ketua Kwarnas. Dia aktif ketika menjadi Pramuka Siaga dan Penggalang di gugusdepan yang berpangkalan di sekolahnya.
Ada cerita menarik ketika Kak Budi Waseso duduk di bangku kelas VI Sekolah Dasar. Sekolah baru saja usai. Budi kecil dan seorang sahabatnya, berjalan kaki pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan rumah keduanya tak terlalu jauh, jadi keduanya berjalan beriringan.
Melewati perumahan yang tak terlalu ramai, keduanya mendengar tangis seorang anak perempuan kecil berusia sekitar 5 tahun. Di sebelahnya tampak seorang bapak tua sedang berusaha menyambung bambu penjolok buah yang patah. Budi dan sahabatnya memperhatikan si gadis kecil. Orang tua itu justru yang berbicara.
“Iya nak, ini cucu kakek mau buah mangga di pohon,” kata orangtua itu sambil menunjuk ke arah pohon mangga yang ada di halaman rumahnya, “Tapi waktu kakek mau ambil galah untuk menjolok mangga, ternyata galahnya sudah patah.”
Budi kemudian membantu dengan mengeluarkan ketapel dari tasnya. lalu dengan batu kerikil yang diambil di halaman rumah tersebut, Budi membidik, tepat kena di ranting buah mangga, dan mangganya pun jatuh. Sahabatnya sigap membantu menangkapnya dan menyerahkannya kepada Budi. Lalu Budi memberikan mangga itu kepada si gadis kecil.
Keahlian dalam membidik, baik menggunakan ketapel maupun panah, menjadikan Budi kecil sebagai andalan dalam regunya saat kegiatan Pramuka Penggalang seperti lomba tingkat di kecamatan atau kegiatan lainnya. Regunya sering memenangkan lomba membidik dengan ketapel atau anak panah pada berbagai lomba Pramuka Penggalang.
Seperti dikatakan Kak Budi Waseso, selain lomba semacam itu, salah satu kegemarannya adalah saat berkemah bersama teman-teman dari gugusdepannya. Mereka menangkap ikan di sungai, kemudian memasaknya. “Ikan yang sudah dibersihkan, ditusuk ke sebatang kayu, lalu ditutup dengan tanah lempung, baru dibakar,” cerita Kak Budi Waseso.
Sedangkan untuk memasak nasi, mereka menggunakan batok kelapa yang dijadikan wadah untuk menampung beras, yang ditambah air dan sayuran, lalu dimasak bersama-sama di atas api. “Kalau sekarang disebutnya masak rimba,” tutur Kak Budi Waseso.
Aktivitasnya dengan Gerakan Pramuka yang sempat terhenti, akhirnya berlanjut ketika Kak Budi Waseso memilih karier di Kepolisian RI. Pernah menjabat di berbagai bagian Polri, Kak Budi Waseso juga aktif membina para Pramuka, khususnya yang tergabung dalam Satuan Karya Pramuka Bhayangkara. Mulai sebagai instruktur, pamong Saka, sampai Majelis Pembimbing Saka.
Saat itulah, Kak Budi Waseso semakin merasakan Pramuka mendidik seorang menjadi mandiri dan mempunyai karakter yang baik. Pramuka mendidik anggotanya untuk bertahan hidup, dan itu dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ketahanan pangan di seluruh Indonesia. Di samping pendidikan karakter yang diberikan melalui Gerakan Pramuka, dapat mengikis pengaruh-pengaruh buruk, seperti narkoba dan kriminalitas, dalam diri kaum muda. Kebetulan pula, Kak Budi Waseso juga pernah menjadi Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), di samping sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri.
Itulah sebabnya, begitu terpilih sebagai Ketua Kwarnas, Kak Budi Waseso mencanangkan “Dasa Karya Gerakan Pramuka”, sepuluh program prioritas yang dilaksanakan Kwarnas masa bakti 2018-2023.
Selain pembenahan dan peningkatan organisasi kepramukaan dari tingkat kwartir sampai gugusdepan, program peningkatan kualitas anggota Gerakan Pramuka juga menjadi bagian penting yang disasarnya. Mulai dari upaya meningkatkan kualitas anggota Gerakan Pramuka sebagai agen perubahan yang berbasis Sesosif, menjadikan kreatif dan inovatif, mampu berwirausaha dan bermasyarakat dengan baik, sampai berwawasan luas dan menjadi gerakan global.
Sekali lagi, Kak Budi Waseso menekankan pentingnya untuk selalu berkomitmen, konsisten, dan konsekuen dalam semua aktivitas kepramukaan yang dilakukan.
(BDHS)