Jamnas diadakan setiap lima tahun sekali. Peserta dari Jamnas ini berasal dari perwakilan kwarcab dari Sabang hingga Merauke, termasuk tamu dari pramuka dari luar negeri. Keseruan Jamnas ini pun bertambah karena setiap periodenya, Jamnas memiliki kegiatan yang beragam dan menarik.
Tiap peserta memiliki kenangan tersendiri saat mengikuti kegiatan di Jamnas. Kak Irwani Jamilah, S.H. M.Si. misalnya, Pensiunan PNS Pemkab. Serdang Begadai, Peserta Jamnas II Tahun 1977 Kontingen Cabang Deli Serdang, Kwarda Sumatera Utara, ini mengaku belajar makna Bhinneka Tunggal Ika melalui Jamnas.
Deli Serdang dipadati ribuan penggalang dari seluruh Indonesia pada 1977. Benar, pada saat itu dilaksanakan Jambore Nasional (Jamnas) II. Kak Irwani Jamilah, S.H., M.Si. adalah salah satu dari ribuan peserta tersebut yang ikut serta memeriahkan Jamnas 1977. Ia merupakan perwakilan kontingen cabang Deli Serdang.
“Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan dengan berbagai peserta Jamnas dari berbagai daerah, salah satunya peserta dari Papua,” ujar Kak Irwani.
Kak Irwani saat itu masih duduk di bangku kelas 2 SMP. Menurut Kak Irwani pembelajaran yang paling terasa saat Jamnas adalah tentang toleransi dan makna Bhinneka Tunggal Ika. Kerukunan keberagaman yang ada ketika Jamnas masih dirasakan hingga saat ini, bahkan membentuk pribadinya sebagai orang yang toleran.
“Saya sangat terkesan dengan keberagaman suku, agama, dan warna kulit yang saya temui saat Jamnas kedua. Itulah yang membuat saya tidak melupakan suasana Jamnas.” terang Kak Irwani.
Selama Jambore Nasional, Kak Irwani mengikuti berbagai permainan yang mengajarkannya kerja sama dan diplomasi dengan orang lain. Ia mengaku, hal tersebut berguna ketika sudah terjun ke dunia profesional.
Sebagai PNS di kantor Pemerintahan Kabupaten Deli Serdang, mengharuskannya untuk terbuka dengan berbagai karakter orang, bersikap ramah, dan bisa bekerja sama dengan orang lain. Hal itu ia pelajari dari pengalaman Jambore Nasional II.
Kak Irwani menceritakan pengalaman uniknya ketika ingin mencuci pakaian di tempat yang cukup jauh dari tenda.
“Tiba-tiba saya ditarik peserta lain untuk ikut bermain wide game. Karena diajak, akhirnya ikut main. Saya dan teman-teman meninggalkan dulu pakaian kotor yang mau dicuci tadi,” ujar Kak Irwani.
Silaturahmi Jambore Nasional II tidak terputus saat acara usai dan tenda dibongkar. Silaturahmi tetap berlanjut melalui surat. Kak Irwani dan teman-teman sesama Purna Jamnas 1977 saling berkirim surat, hingga menjadi sahabat pena di kemudian hari.
___
Penulis: Guruh Burhanto
Kutipan tulisan telah diterbitkan pada Buletin Jambore Nomor 2