Pada tahun 1977 saya masih kelas satu SMP Sumbangsih Tanjung Grogol, Jakarta Barat. Saya aktif di Gugus Depan (gudep) Tribuana Tungga Dewi, Jakarta Barat 370. Dari Pembina gudep saya tahu ada Jambore Nasional (Jamnas) di Sibolangit, Sumatera Utara. Dalam hati, ingin ikutan. Tapi saya masih Penggalang Ramu. Informasi hanya dapat dari Pembina yang aktif di Kwarcab. Mau banyak bertanya ya segan. (Saat itu kan belum ada medsos, ponsel dll.) Jadi hanya impian untuk ikut Jamnas. Saya hanya ikutan ITA Jamnas II Tahun 1977 di Kortan Grogol Pertamburan.
Alhamdulillah saya merasakan juga jadi Peserta Jamnas. Tapi Jamnas ke-3 yang sekaligus Jambore Asia Pasifik ke-6 di Cibubur pada tahun 1981. Saya sudah Penggalang Terap dan pernah ikut Dianpinru Kwarcab Jakarta Barat. Jadi ukuran Pramuka Penggalang lumayanlah.
Saya hadir satu minggu sebelum Jamnas. Waktu itu diharuskan, satu regu satu orang hadir duluan di Jamnas. Karena hari libur dan saya suka kemping, ayo saja. Tak ada rasa takut sendirian. Tak ada rasa takut kelaparan. Bagi saya: terpenting berkemah. Kalau bisa yang lama Wkkkwkkk. Saat itu saya wakil pinru.
Semua persyaratan sebagai Peserta Jamnas saýa penuhi. Saya sendiri menemui dokter tanpa orangtua atau kawan. Saya diberi vitamin, kata dokter: “Ini obat agar kamu kuat terhadap udara dingin.”
Saya baru tahu tuh bila saya gak kuat dingin. Surat ijin dari orangtua sudah dapat. Saat itu harus ijin dari kepsek… dapat dong. Saya tercatat sebagai siswa SMPP 35 Jakarta kelas 1 (kini SMAN 78 kelas X). Hah… siswi SMA kok masih Penggalang? Umur saya masih muda, belum cukup usia ke Penegak.
Di pasukan peserta putri Jamnas ke-3 dari Kwarcab Jakarta Barat ini ada sekitar 5 orang yang jadi siswi SMA. Kami inilah yang memimpin pasukan. Yang lain mana berani sama anak SMA hahaha. Jadi kami hampir sebulan fokus di Jamnas. Saya ingat Pratama pasukan kami: Yanti yang tinggal di daerah Tomang Asli. Saya salah satu orang yang membantu Yanti (Saat itu dia siswi SMAN 11 Jakarta.
Seminggu sebelum Jamnas hadir berbuat apa? Saya kan tak bisa diam orangnya. Hari pertama saya mendirikan tenda karena untuk tempat tinggal saya. Dua tenda, satunya tenda dapur. Hari kedua, membuat pagar keliling dari bambu dan tali dan parit. Hari ketiga membuat rak sepatu dan tiang jemuran. Hari keempat membuat meja makan. Hari kelima membuat gapura. Saat mendirikan dan menghias gapura saya sudah dibantu anggota regu karena beberapa orang hadir di hari kelima saya berada di Cibubur. Hari keenam dst. sudah sibuk dengan agenda Jamnas.
Asli… persiapan di atas saya kerjakan sendiri. Tak ada beban. Itu juga gak disuruh pembina. Saya memang suka dengan keterampilan tali temali yang menggunakan bambu/tongkat. Jadi, peserta datang ya sudah rapi semuanya.
Saya lupa dengan ketua regu saya hahaha. Mungkin kurang berkesan saat itu. Saya hanya ingat, ada satu anggota regu yang namanya mirip dan wajahnya juga: Ningsih. Dalam hati, di mana samanya selain nama.
Terus ada satu anggota regu yang minta ditemani saat ke luar tenda. “Kenapa sih, nih anak?” pikir saya. Tapi tetap saya temani. Ketika jalan bersamanya, kok banyak yang memanggil. Trus ada yang minta tanda tangan bahkan foto bareng. “Siapa sih nih anak?” tanya saya dalam hati.
Saya tak peduli. Saat itu bahagia karena tambah teman. Trus bila mampir tenda lain disuguhkan jajanan/oleh-oleh khas daerah. Jadi saya sudah merasakan berbagai cemilan saat itu. Saya sendiri gak bawa apa-apa, bawa diri saja. Hahaha.
Kepo gak, teman saya itu siapa? Saat itu saya gak kepo. Gak juga tanya ke dia. Saya tahu dia itu siapa dari obrolan fans dia. Ooo, ternyata dia itu artis. Wkkkwkkk, Makhlum saya kurang suka tonton TVRI. (Saat itu hanya ada channel televisi ya TVRI. TVnya masih hitam putih pula alias tidak berwarna seperti sekarang). Hihihi. Maaf ya Dewi Taradipa. Dewi ini suka main drama yang tayang di TVRI pada saat itu. Meski cukup terkenal saat itu, dia ramah. Wajah manisnya selalu tersenyum. Asa saja obrolannya bila berada di antara penggemarnya.
Bila ada waktu luang di Jamnas, saya dan Dewi pasti jalan-jalan. Tujuannya? Maaf, tidak untuk umum. Hahaha. Saya dan Dewi, juga Yanti sama-sama mengambil kegiatan pendakian ke Gunung Gede-Pangrango, Jawa Barat. Kami berfoto-ria tapi hasilnya kurang bagus ternyata. Hehehe.
Setelah dewasa, saya sempat bertemu dengannya di tahun 1990an. Saya sudah bekerja di Kompas Gramedia (jurnalis) dan Dewi bekerja di TVRI (penyiar/pemandu acara). Saya mewawancarainya sambil bernostalgia. Hahaha.
Saya juga jumpa artis di Jamnas III Tahun 1981. Saat itu saya tak peduli, lagipula saya tidak paham kalau dia artis karena saya hafalnya penyanyi Hetty Koes Endang dan band Koes Plus. Hehehe. Ceritanya begini: Saat berkegiatan di area yang dekat Halang rintang saya melihat wanita cantik dengan riasan wajah tipis. Dia tersenyum, makin manis.
Kenapa di sekitarnya banyak orang yang mengikutinya ya? Saya tengok sebentar lalu kembali beraktivitas. Kata kawan saya dia itu Yenny Rahman. Ooooh. Saya sih percaya saja karena kurang paham artis film. Makhlum saya tontonnya baru dua film: Koboi Cilik dan Ratapan Anak Tiri.
__
Kak Fitri Hariyadiningsih
Peserta Jamnas III & Jamboree Aspac Tahun 1981, kontingen Jakarta Barat.