Jakarta – Sekitar 20.000 peserta Jambore Nasional Pramuka mulai kembali ke kampung halamannya masing-masing. Perkemahan besar pramuka penggalang itu berlangsung di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur pada 14-21 Agustus 2016.
“Saya paling terkesan mengikuti mata kegiatan teknologi, seni dan budaya,” kata Pandu Nur Afi Dewanto, anggota pramuka dari gugus depan (gudep) 06.015 yang berpangkalan di MTs Negeri 1, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat pada 22 Agustus 2016.
Pandu menjelaskan dia dapat mempelajari keseniaan dari daerah lain yang diperagakan di arena Jambore Nasional 2016 yang bertema keren, gembira dan asyik. Begitu juga menyaksikan kemajuan teknologi Indonesia yang digelar dalam stand teknologi.
Manfaat lain yang dirasakan Pandu selama mengikuti Jamnas adalah mendapat sahabat baru dari berbagai provinsi dan luar negeri. Peserta Jamnas memang utusan seluruh kota dan kabupaten di Tanah Air. Selain itu ada 9 negara yang mengirimkan anggota pramukanya sebagai peserta.
Hal ini juga dialami Randi Agung, anggota pramuka yang berpangkalan di SMP Negeri 3, Kusambi, Kwartir Cabang Muna Barat, Sulawesi Tenggara. “Saya berkenalan dan berfoto dengan Vegesian, pramuka puteri dari Nepal,” katanya.
La Ode Agung Munajat dari Kwarcab Muna Barat tertarik mengikuti kegiatan di Global Development Village. Bersama anggota regunya, mereka mengikuti kegiatan pengendalian emosi dan komposting. “Saya jadi tahu cara membuat pupuk kompos yang mudah dan murah,” kata pelajar MTS As Shidiqie.
Muhammad Ikhlas, anggota gudep yang berpangkalan di SMP 2 Wadage, Kwarcab Muna Barat tertarik mengikuti kegiatan petualangan di Jungle Land, Bogor. “Seru dan menantang,” katanya. Dia mencoba beberapa wahana di Jungle Land.
Banyak peserta Jamnas yang baru pertama kali naik pesawat atau kapal laut dan ke Jakarta. Panitia Jamnas mengajak peserta mengunjungi sejumlah kantor kementrian dan gedung DPR/MPR serta berdiskusi dengan pejabatnya.
Selama sepekan mereka mendapat pengetahuan, pengalaman dan sahabat baru. Namun ada sejumlah keluhan yang mereka rasakan. “Banyak perubahan kegiatan di lapangan, tidak sesuai dengan buku pedoman peserta,” kata La Ode Agung Munajat.
Kekurangan lain menyangkap pasokan air dan listrik serta keamanan. “Panitia harusnya lebih tanggap jika ada keluhan dari peserta,” kata Pandu Nur Afi. Dia berharap pada Jamnas lima tahun mendatang, kelemahan itu dapat diatasi panitia.
Penutupan Jambore Nasional 2016 berlangsung pada Sabtu malam, 20 Agustus 2016. Acara diawali sambutan Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dan diikuti penyematan lencana Tunas Kencana untuk Megawati Soekarnoputri. Kemudian presiden Republik Indonesia kelima ini memberikan pidato mengenai manfaat pohon kelapa dan makna lambang tunas kelapa bagi Gerakan Pramuka.
“Acara penutupan di malam hari harusnya lebih santai, ini jadi formil sehingga membosankan penonton. Pidato dan curhatnya Kak Adhyaksa terlalu panjang,” kata Aji Rachmat Purwanto, purna Dewan Kerja Nasional (DKN) yang kini mengelola Festival Petualangan Nusantara.
Menurut Aji, pementasan kesenian tradisional oleh kwartir daerah terlalu banyak sehingga membuat jenuh penonton. Dia menyayangkan tidak dilibatkannya peserta Jamnas sebagai dari performance di atas panggung.
Dia menilai penempatan peserta Jamnas di Lapangan Utama berdasarkan sub camp membuat suasana tidak riang gembira. Seharusnya, peserta berkumpul berdasarkan kontingen daerahnya. “Acara penutupan Jamnas anti klimaks, tidak pas dengan temanya yang keren, gembira dan asyik,” kata Aji yang selama Jamnas menjadi instruktur pengenalan ular.
Kak Untung Widyanto